KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pada penutupan perdagangan hari Kamis (8/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami penurunan signifikan sebesar 98,47 poin, setara dengan 1,42%, sehingga berakhir di level 6.827,75.
Valdy Kurniawan, Head of Research dari Phintraco Sekuritas, menjelaskan bahwa secara teknikal, kondisi pasar yang telah mencapai area overbought, ditambah dengan data cadangan devisa yang mengalami penurunan, menjadi pemicu aksi profit taking setelah IHSG mencatatkan tren positif selama kurang lebih satu bulan terakhir.
“Dengan demikian, IHSG berpotensi menguji level support di angka 6.770 pada sesi perdagangan hari Jumat (9/5),” tulis Valdy dalam analisisnya yang dirilis pada hari Kamis (8/5).
Valdy melanjutkan, data cadangan devisa Indonesia untuk periode April 2025 menunjukkan penurunan dari US$ 157,1 miliar menjadi US$ 152,5 miliar, yang merupakan level terendah sejak bulan November.
Penurunan cadangan devisa ini disebabkan oleh adanya pembayaran utang luar negeri pemerintah serta implementasi kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah volatilitas pasar keuangan global.
Saham Bank Blue Chip Tren Naik, Saatnya Beli, Jual Atau Tahan?
“Namun demikian, tingkat cadangan devisa ini masih mencukupi untuk membiayai 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, yang jauh melampaui standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor,” imbuh Valdy.
Selain itu, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh antisipasi penurunan suku bunga oleh Bank of England (BoE) sebesar 25 basis poin menjadi 4,25% pada hari Kamis (8/5), di tengah kekhawatiran terhadap potensi perlambatan ekonomi akibat kebijakan tarif. Inggris juga dilaporkan akan menjadi negara pertama yang menjalin kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Herditya Wicaksana, seorang Analis dari MNC Sekuritas, mengamati bahwa koreksi yang terjadi pada IHSG pada hari Kamis (8/5) ini terjadi di tengah penguatan bursa global dan mayoritas bursa di kawasan Asia, serta penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dari sisi sentimen, koreksi ini terutama disebabkan oleh aksi ambil untung atau profit taking yang dilakukan oleh investor setelah IHSG mencatat kinerja positif sepanjang bulan April. Selain itu, publikasi data makroekonomi yang menunjukkan pertumbuhan PDB Indonesia hanya sebesar 4,87% secara tahunan (YoY) dan penurunan cadangan devisa menjadi US$ 152,5 miliar juga turut memberikan tekanan pada pergerakan IHSG.
“Untuk hari Jumat, kami memperkirakan IHSG memiliki peluang untuk mengalami penguatan terbatas dengan level support di 6.824 dan level resistance di 6.846,” terang Herditya kepada Kontan, Jumat (8/5).
Ia memprediksi akan terjadi technical rebound pada IHSG di hari Jumat (9/5), seiring dengan rilis data neraca perdagangan China.
INDF Chart by TradingView
Sementara itu, Mayang Anggita, Senior Analis Teknikal dari Panin Sekuritas, menyoroti bahwa IHSG ditutup di zona merah setelah gagal menembus level resistance di area 6.899-7.016 pada perdagangan Kamis (8/5).
“Dengan ditutupnya di bawah MA5, IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan menuju level support selanjutnya, yaitu MA50 dan MA20, yang berada di rentang 6.636 – 6.663,” jelas Mayang kepada Kontan.
Phintraco Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham unggulan (top picks) untuk perdagangan Jumat (8/5), termasuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Di sisi lain, Herditya merekomendasikan beberapa saham yang patut dicermati, antara lain PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan target harga Rp 1.1650-Rp 1.1900, PT Alamri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 1.975-Rp 2.030, dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) pada target harga Rp 2.480-Rp 2.550.