PTPP 2025: Analisis Saham, Rekomendasi, dan Prospek Kinerja Terbaru

Kabardermayu – Sumber Informasi Terpercaya dari Jakarta. PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah berupaya keras meningkatkan performa perusahaan hingga tahun 2025. Namun, perjalanan ini diperkirakan akan menghadapi serangkaian tantangan, mengingat kinerja PTPP di tahun 2024 dan kuartal pertama 2025 masih menunjukkan tekanan.

Pada tahun 2024, PTPP berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 19,81 triliun, meningkat 7,3% secara tahunan (year on year atau yoy) dari angka Rp 18,46 triliun. Akan tetapi, laba bersih PTPP justru mengalami penurunan, tercatat sebesar Rp 415,65 miliar di tahun 2024, yang mana tergerus 13,65% yoy dari Rp 481,37 miliar pada tahun sebelumnya.

Tren penurunan juga berlanjut di kuartal I 2025. Pendapatan usaha PTPP tercatat sebesar Rp 3,50 triliun, mengalami penurunan signifikan sebesar 23,93% YoY dibandingkan dengan Rp 4,61 triliun di kuartal I 2024. Senada dengan itu, laba bersih PTPP juga menyusut 37,22% YoY menjadi Rp 59,38 miliar pada kuartal I 2025, dari sebelumnya sebesar Rp 94,60 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Di tengah tekanan pada pendapatan dan laba bersih selama triwulan I 2025, PTPP berhasil membukukan peningkatan nilai kontrak baru sebesar 32% YoY dan 116% MoM, mencapai angka Rp 6,275 triliun.

Strategi PTPP: Genjot Kinerja dengan Divestasi Anak Usaha, Termasuk Pelepasan Jalan Tol

Secara target, perolehan nilai kontrak baru PTPP hingga Maret 2025 berhasil melampaui 151% dari target yang ditetapkan untuk kuartal I 2025. Capaian ini juga telah memenuhi 21% dari target akhir tahun 2025. Sebagai informasi, PTPP menargetkan perolehan nilai kontrak baru sebesar Rp 31 triliun di tahun 2025.

Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, menjelaskan bahwa peningkatan nilai kontrak baru di tiga bulan pertama tahun ini didorong oleh perolehan dua proyek besar baru pada bulan Maret. “Yaitu, Proyek New Priok East Access (NPEA) seksi II senilai Rp 2,33 triliun dan Proyek Mandiri Financial Center PIK senilai Rp 878,3 miliar,” jelasnya.

Diversifikasi Proyek dan Strategi Divestasi Aset

Direktur Utama PTPP, Novel Arsyad, menambahkan bahwa untuk meningkatkan kinerja di tahun 2025, PTPP mengambil langkah diversifikasi proyek.

Saat ini, PTPP juga terlibat dalam proyek infrastruktur yang terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG), pembangunan sekolah, hingga rumah subsidi. Selain itu, PTPP juga mulai memasuki segmen jasa konstruksi infrastruktur tambang.

Novel menjelaskan bahwa proyek di area pertambangan memiliki potensi besar untuk pengembangan infrastrukturnya oleh PTPP. Perlu diketahui bahwa segmen jasa pertambangan telah memberikan kontribusi sebesar Rp 71,45 miliar terhadap pendapatan PTPP di tiga bulan pertama tahun 2025.

“Kami tidak terlibat dalam bisnis tambangnya secara langsung, melainkan fokus pada konstruksi infrastruktur tambang. Ini memiliki potensi yang cukup besar dan menjadi target kami ke depannya,” ujar Novel dalam konferensi pers RUPST PTPP Tahun Buku 2024, pada hari Rabu (30/4).

Selain itu, untuk memperkuat arus kas dan mengurangi beban utang, PTPP juga melakukan divestasi aset, termasuk anak usaha. Divestasi ini difokuskan pada anak usaha yang sulit dikembangkan dan memiliki lini bisnis di luar segmen konstruksi.

“Ini adalah bagian dari program untuk memperbaiki arus kas perusahaan. Tentunya, anak usaha yang didivestasi adalah yang berada di luar bisnis inti,” tambahnya.

Penurunan Pendapatan dan Laba PTPP di Kuartal I 2025

Direktur PTPP, I Gede Upeksa Negara, menambahkan bahwa terdapat 63 anak usaha dan afiliasi yang sedang dalam tahap kajian. Pada tahun 2025, perseroan berencana melakukan divestasi anak usaha di segmen bisnis infrastruktur air dan kereta api.

Yaitu, PT PP Infrastruktur yang bergerak di bidang sistem penyediaan air minum (SPAM) dan PT Celebes Railways Indonesia.

Menurut Gede, saat ini sudah ada tiga calon investor yang sedang melakukan due diligence terhadap PT PP Infrastruktur, terdiri dari dua perusahaan nasional dan satu perusahaan asing.

Sementara itu, terdapat dua calon investor yang tengah menjalani proses due diligence untuk PT Celebes Railways Indonesia, yang terdiri dari satu perusahaan nasional dan satu perusahaan asing.

“Total divestasinya mencapai Rp 3 triliun dengan potensi laba sebesar Rp 1 triliun. Diharapkan, pada bulan Mei-Juni, Conditional Sales and Purchase Agreement (CSPA) dapat segera ditandatangani,” ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

Upaya Menurunkan Utang

Gede juga memaparkan bahwa PTPP tengah menjalankan beberapa strategi untuk mengurangi beban utang. Sebagai gambaran, PTPP memiliki total liabilitas sebesar Rp 41,14 triliun per 31 Maret 2025.

Salah satu strateginya adalah dengan melakukan rights issue untuk proyek Jalan Tol Semarang-Demak. Saat ini, PTPP memiliki kepemilikan saham sekitar 75% di Tol Semarang-Demak. Rencananya, PTPP akan melepas sekitar 40% saham tersebut, sehingga kepemilikan perseroan di aset tersebut akan berkurang menjadi sekitar 30% saja.

“Kami berencana melepas saham hingga menjadi minoritas, dengan kepemilikan kami tinggal sekitar 30%. Pelepasan ini akan dilakukan setelah proyek selesai pada tahun 2027,” jelasnya.

Selain itu, PTPP juga berencana menjual aset berupa alat berat yang sudah tidak terpakai lagi di anak usaha PT PP Presisi Tbk (PPRE). “Ini juga merupakan bagian dari strategi efisiensi dan optimalisasi aset,” ungkapnya.

Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia menilai bahwa kinerja BUMN Karya di tahun 2024 masih menunjukkan variasi. Namun, emiten konstruksi pelat merah tetap menetapkan target yang ambisius di tahun 2025.

“Untuk tahun 2025, mereka telah menetapkan target yang ambisius, dengan fokus pada perolehan kontrak baru dan penyelesaian proyek-proyek strategis yang penting bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia,” tulis Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia dalam riset tertanggal 21 April 2025.

PTPP Buka Suara Mengenai Peran Danantara dan Dividen Tahun Buku 2024

Tantangan utama yang dihadapi BUMN Karya, termasuk PTPP, pada tahun 2025 sebagian besar bersifat struktural. Dari sisi keuangan, PTPP diperkirakan akan menghadapi tantangan terkait arus kas yang ketat, rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi, dan tekanan bunga akibat beban utang yang besar.

Sementara itu, dari sisi industri, pemotongan anggaran infrastruktur pemerintah, persaingan harga proyek yang ketat (perang tarif), serta penurunan daya beli masyarakat juga mempersempit ruang ekspansi dan profitabilitas.

“Tantangan-tantangan ini menjadikan keberhasilan restrukturisasi dan efisiensi operasional menjadi sangat krusial untuk menjaga kelangsungan dan daya saing perusahaan,” tambahnya.

Anak usaha PTPP, PT PP Properti Tbk (PPRO), memiliki proyek hunian yang sensitif terhadap daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah. Proyek PPRO yang menyasar masyarakat menengah ke bawah di antaranya adalah Evenciio Depok, Amartha View Semarang, dan Grand Kamala Lagoon Bekasi.

“Proyek-proyek dari PP Properti sebagian besar menyasar segmen masyarakat urban kelas menengah atau commuter, yang sangat bergantung pada cicilan dan pembiayaan bank,” papar Tim Riset Kiwoom.

Rekomendasi Saham

CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo, menjelaskan bahwa PTPP mengalami penurunan pertumbuhan kinerja akibat peningkatan beban keuangan. Pada kuartal I 2025, beban keuangan PTPP meningkat menjadi Rp 375,98 miliar, dari sebelumnya Rp 264,74 miliar pada akhir Maret 2024.

Namun, kinerja PTPP berpotensi untuk tetap tumbuh seiring dengan target pertumbuhan nilai kontrak baru sebesar 5% YoY di tahun 2025. “Dari sisi proyek strategis akan meningkat, namun memang perlu dipantau juga regulasi dari pemerintah, terutama terkait anggaran untuk infrastruktur,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (30/4).

Keterlibatan PTPP dalam Danantara dinilai dapat memberikan akses terhadap proyek-proyek strategis dan berpotensi menopang kinerja serta profitabilitas perseroan. Namun, perkembangan Danantara dan regulasi terkait juga perlu diperhatikan.

PTPP Meraih Kontrak Baru Sebesar Rp 6,27 Triliun pada Kuartal I-2025

Menurut Praska, PTPP dapat fokus pada proyek dengan pendanaan non-APBN untuk meningkatkan kinerja di tahun 2025, sehingga pola pendanaan menjadi lebih jelas dan menghindari risiko proyek mangkrak.

Secara keuangan, PTPP juga dinilai masih lebih baik dibandingkan emiten BUMN Karya lainnya, sehingga risiko terjadinya tekanan pada kinerja solvabilitas diperkirakan masih relatif kecil.

“Kinerja keuangan PTPP masih mengalami penurunan laba, tetapi masih ada harapan akan perbaikan portofolio proyek PTPP di akhir tahun 2025,” ungkapnya.

Praska pun merekomendasikan trading buy untuk saham PTPP dengan target harga Rp 450 per saham.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, melihat bahwa pergerakan saham PTPP berada pada level support Rp 342 per saham dan resistance Rp 442 per saham. Herditya merekomendasikan buy on weakness untuk saham PTPP dengan target harga Rp 462 – Rp 490 per saham.

  PTPP Chart by TradingView

Pos terkait