Akhir pekan yang baru saja berlalu menghadirkan sebuah pengalaman sederhana namun membekas di ingatan: pendakian ringan menuju Plunyon Kalikuning, yang terletak di kawasan Kaliurang, Yogyakarta. Semua berawal dari ajakan spontan seorang teman yang mengirim pesan singkat (japri) pada malam sebelumnya.
Dia menawari, “Bagaimana kalau besok Sabtu pagi kita ke Plunyon, mendaki sebentar sambil menikmati panorama Gunung Merapi?”
Saat itu, kebetulan saya belum memiliki agenda khusus untuk mengisi akhir pekan. Tanpa ragu, saya langsung menyahut, “Ide bagus! Ayo berangkat!” Tanpa banyak pertimbangan, kami sepakat untuk memulai perjalanan keesokan harinya.
Keesokan paginya, sekitar pukul 5 subuh, saya dan teman sudah bersiap dan memulai perjalanan dari tempat kos. Suasana jalanan masih lengang, dan udara pagi terasa sejuk, ciri khas daerah utara Yogyakarta. Tujuan kami adalah Plunyon Kalikuning, sebuah destinasi wisata alam yang cukup populer, namun tetap mempertahankan keasriannya dan tidak terlalu ramai, terutama jika dikunjungi di pagi buta.
Kami tiba di lokasi tepat pukul 6 pagi. Hal yang menarik adalah, saat itu hanya ada kami berdua dan satu mobil pengunjung lain yang sudah terparkir. Bisa dibilang, kami termasuk pengunjung yang paling awal datang pagi itu. Teman saya sempat bertanya dengan ragu, “Apakah sudah buka ya?”
Saya menjawab, “Seingatku sih sudah, karena sering juga ada yang datang subuh-subuh ke sini.”
Kemudian kami berjalan menuju loket masuk. Ternyata, gerbang loket masih tertutup rapat. Namun, di sampingnya terdapat sebuah pintu kecil, kemungkinan merupakan akses khusus bagi warga sekitar yang biasa melintas untuk mencari rumput atau menuju ladang. Kami pun memutuskan untuk masuk melalui jalur tersebut.
Begitu memasuki area Plunyon, kami langsung disuguhi pemandangan yang memukau. Gunung Merapi tampak begitu megah di bawah langit yang cerah, dengan sinar matahari pagi yang mulai menyinari lerengnya. Pemandangan terbuka lebar, seolah-olah Merapi sedang menyambut kedatangan kami. Udara terasa segar, bebas polusi, dan suasananya masih sangat sepi, seolah tempat itu hanya milik kami berdua.
Tentu saja, kamera langsung dikeluarkan. Kami berdua segera mengabadikan momen tersebut dengan berfoto dari berbagai sudut, dengan latar belakang keindahan Gunung Merapi yang luar biasa. Rasanya seperti berada di wallpaper Windows versi alam Indonesia.
Setelah puas berpose dan menikmati pemandangan dari titik utama, kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri jalan setapak menuju arah sungai. Jalur yang dilalui tidak terlalu sulit, hanya berupa jalan kaki santai. Suara gemericik air mulai terdengar perlahan, menambah semangat kami.
Sesampainya di sungai, kami dibuat kagum dengan airnya yang jernih! Begitu segar, dingin, dan menggoda untuk segera menceburkan diri. Namun, karena masih pagi dan udara cukup dingin, kami memilih untuk bermain air sambil mencelupkan kaki, berfoto, dan menikmati suasana sekitar. Batu-batu di sekitar sungai juga berukuran besar dan memiliki bentuk yang unik, sangat cocok dijadikan spot foto yang alami.
Namun, rasa ingin tahu kami belum sepenuhnya terpenuhi. Kami penasaran, seperti apa ujung dari sungai ini? Akhirnya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan menelusuri aliran sungai. Jalur yang dilalui sedikit menanjak, namun tetap tidak terasa berat karena udara sejuk dan pemandangan yang memanjakan mata. Di beberapa titik, Gunung Merapi kembali terlihat dari celah-celah pepohonan, dan lagi-lagi membuat kami berhenti untuk mengabadikannya dalam foto.
Di sepanjang jalur tersebut, kami juga melihat beberapa warga lokal sedang sibuk memotong dan mengumpulkan rumput. Ternyata, di sana terdapat banyak sekali rumput besar dan subur, yang cocok untuk pakan ternak. Pemandangan ini membuat suasana terasa lebih hidup, bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga tempat yang benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Setelah puas menjelajahi, bermain air, berfoto, dan bersantai menikmati pagi, kami memutuskan untuk kembali. Perut sudah mulai terasa lapar, dan matahari juga semakin meninggi. Anehnya, selama perjalanan pulang, kami sama sekali tidak merasa lelah. Mungkin karena sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan hijau, suara alam, dan hawa sejuk khas kaki gunung.
Jujur saja, pendakian ke Plunyon Kalikuning ini bukanlah tipe perjalanan ekstrem yang menguras tenaga atau membutuhkan persiapan khusus. Justru karena itulah, pengalaman ini terasa sangat menyenangkan. Ringan, santai, namun tetap memberikan kepuasan. Sangat cocok bagi Anda yang ingin healing sejenak dari padatnya aktivitas atau sekadar mencari udara segar tanpa harus pergi ke tempat yang terlalu jauh.
Bagi saya pribadi, momen seperti ini adalah pengingat bahwa keindahan alam itu dekat, terjangkau, dan sangat menenangkan. Cukup bangun sedikit lebih pagi, dan ajaklah teman. Alam akan menyambut kita dengan segala keindahannya.
Jadi, jika Anda sedang mencari tempat untuk healing ringan di sekitar Jogja, cobalah berkunjung ke Plunyon Kalikuning. Datanglah pagi-pagi, bawa kamera, dan bersiaplah untuk jatuh cinta pada keindahan Gunung Merapi dan kedamaian alamnya.
Siap untuk mencobanya di akhir pekan mendatang?